Minggu, 20 Juni 2010

AWAS SERANGAN GANODERMA !


Darmono Taniwiryono - Kepala Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Jamur sebesar kapal selam dengan pertumbuhan yang lebih cepat ditemukan di bawah perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Jumlahnya sangat banyak dan ukurannya bisa sebesar kapal selam.

Jamur yang dikenal dengan nama Ganoderma tersebut bersifat patogenik terhadap tanaman kelapa sawit. Karena ukurannya yang besar, Ganoderma tak ubahnya sebagai monster yang hidup di bawah permukaan tanah dan memakan setiap tanaman kelapa sawit baik yang masih muda maupun yang sudah tua. Gambar 1 di bawah adalah potret udara yang menunjukkan ukuran Ganoderma di perkebunan kelapa sawit.

Perkembangan Monster Ganoderma
Di dalam tanah Ganoderma tumbuh menjadi berukuran besar melalui perantaraan akar tanaman sawit. Semula satu tanaman terinfeksi di bagian perakarannya. Karena akar tanaman sawit yang sudah dewasa saling bertemu dan membentuk bantalan perakaran seluas perkebunan itu sendiri, maka Ganoderma yang semula berukuran 4 m x 4 m x 1 m dengan mudah tumbuh membesar pada bantalan perakaran sawit di bawah permukaan tanah.

Apalagi bahan tanaman kelapa sawit yang dikembangkan di Indonesia diketahui peka terhadap serangan Ganoderma. Ketika pangkal batang terserang, cepat atau lambat tanaman akan mati. Pada pangkal batang yang terserang sering terbentuk tubuh Ganoderma umumnya berbentuk cakram dan bertekstur menyerupai kayu, bagian atas licin berwarna cokelat muda sampai cokelat gelap sedangkan bagian permukaan bawahnya kasar berwarna krem, tempat di mana jutaan spora diproduksi.

Para pekebun sering salah persepsi bahwa ukuran Ganoderma hanya sebesar tubuh buah yang terbentuk, kurang lebih sebesar cawan. Padahal kalau dibandingkan dengan ukuran sebenarnya, tubuh buah Ganoderma dapat diibaratkan hanya merupakan rambut-rambut kecil monster raksasa. Dengan demikian ketika tubuh buah dimatikan, Ganoderma yang ukurannya sebesar kapal selam tidak akan mati. Tunggul-tunggul tanaman yang terserang merupakan urat nadi Ganoderma, karena merupakan tempat di mana Ganoderma bertahan hidup ketika tanaman sudah mati.

Kerugian yang diakibatkan
Serangan monster Ganoderma cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi. Satu generasi tanaman kelapa sawit adalah 25 tahun. Dari hasil pengamatan kondisi serangan pada beberapa lokasi perkebunan kelapa sawit diduga tingkat serangan rata-rata Ganoderma mencapai 5%. Pada tahun 2009 produksi kelapa sawit mencapai 22 juta ton.

Dengan perhitungan harga US$ 700 per ton, peluang pendapatan negara yang hilang karena adanya serangan monster Ganoderma mencapai 6,8 triliun rupiah. Itu baru diperhitungkan dari jumlah populasi sawit yang mati, belum termasuk tanaman sakit yang tumbuhnya merana dengan produktivitas 50% dari tanaman sehat, yang jumlahnya mencapai 50% dari jumlah tanaman mati.

Kematian lebih dari 50% populasi tanaman tidak jarang dijumpai. Gambar 2 menunjukkan satu blok kebun sawit seluas 25 hektar porak-poranda akibat serangan Ganoderma. Tanaman kelapa sawit yang terlihat begitu kokohnya tampak tidak berdaya menghadapi Ganoderma yang menggerogoti system perakarannya. Hewan besar seperti gajahpun tidak mampu melakukan itu, kecuali saat tanaman kelapa sawit masih kecil. Para pekebun pada umumnya tidak bisa berbuat banyak menghadapi monster yang menyerang perkebunan kelapa sawit mereka.

(Sumber:http://www.sinartani.com)

Selasa, 15 Juni 2010

PENGEN TAHU TTG MIKORIZA?


Mikoriza secara umum terbagi atas 2 (dua) golongan, yaitu : ektomikoriza dan endomikoriza. Pembagian ini didasarkan pada tempat mikoriza bersimbiosis pada akar.

Ektomikoriza : merupakan mikoriza yang menginfeksi permukaan luar tanaman dan di antara sel-sel apeks akar.

Endomikoriza : merupakan mikoriza yang menginfeksi bagian dalam akar tanaman di dalam dan di antara sel-sel apeks akar.

Ektomikoriza kebanyakan bersimbiose dengan tanaman tahunan atau tanaman pohon. Beberapa diantaranya yang sempat tercatat adalah: sengon, jati, beberapa tanaman buah seperti mangga, rambutan, jeruk dsb. Bentuk simbiose ini dapat terlihat secara morfologis berupa jalinan miselia pada bagian rambut-rambut akar. Pada pengamatan mikroskopis dengan perbesaran 400 x dengan perlakuan staining menggunakan salah satu stain seperti LTB (Lactophnol Trypan Blue), nampak gambar yang cukup jelas dimana miselia mikoriza menempel dan pada bagian ujungnya menginfeksi permukaan akar tanaman. (Anton Muhibuddin, 2005). Beberapa jenis mikoriza tampak jelas secara mikroskopis tanpa proses pewarnaan pada bagian permukaan rambut akar tanaman.

Endomikoriza banyak ditemukan pada tanaman semusim, seperti tanaman kacang-kacangan, padi, jagung, beberapa jenis sayuran, tanaman hias, dsb. Pengamatan mikroskopis pada perbesaran 100 x dengan perlakuan staining jels menunjukkan adanya vesikel dan kadang tampak pula arbuskula dalam sel tanaman yang terinfeksi oleh mikoriza. Infeksi mikoriza dalam sel tanaman yang ditunjukkan dengan terbentuknya vesikel dan arbuskula sangat penting dalam simbiose antara mikoriza dan tanaman. Dengan terbentuknya vesikel dan arbuskula dalam sel tanaman, berarti simbiose telah terjadi dengan sempurna dan tanaman sudah dapat menikmati hasil kerja mikoriza berupa unsur hara yang diserap dari dalam tanah (Anton Muhibuddin, 2006).

Menurut Anton Muhibuddin(2009)Keberadaan VAM dalam akar tanaman menyebabkan beberapa perubahan pada morfologi akar secara umum seperti perubahan struktur sel akar, kepekatan sitoplasma, dsb., namun tidak mempengaruhi perubahan fisiologi tanaman inang secara signifikan. Misalnya, jaringan konsentrasi senyawa yang mengatur pertumbuhan dan perubahan unsur kimia lain, meningkatkan laju fotosintesis, dan perubahan partisi fotosintetik untuk tunas dan akar. Potensi peningkatan penyerapan mineral dari tanah untuk perubahan dalam status nutrisi jaringan inang, pada gilirannya mengubah aspek struktural dan biokimia dari sel-sel akar. Beberapa hal di atas dapat mengubah permeabilitas membran sehingga kualitas dan kuantitas akar juga akan semakin meningkat. VAM juga mampu menginduksi perubahan komposisi mikroorganisme rhizosphere, sehingga tepat untuk disebut dengan "mycorrhizosphere" (Anton Muhibuddin, 2008). Pengaruh akhir dari proses tersebut adalah tanaman sehat, lebih mampu menahan tekanan lingkungan dan menoleransi atau mengurangi efek penyakit tanaman.

(sumber: wikipedia)